"Sinergi, Stabilitas, Transformasi."
Jakarta | Elindonews.my.id
Sinergi erat BI & Pemerintah jadi kekuatan Indonesia. Hasilnya? Di 2024 Indonesia disebut salah satu negara berkinerja terbaik di kelompok Emerging Market Economies (EMEs), dengan stabilitas terjaga dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi!
Namun, ketangguhan ini juga didukung oleh aspek stabilitas dan transformasi.
Lalu, bagaimana sinergi ini berikan optimisme bagi Indonesia 2025-2026? Berikut proyeksinya:
1. Pertumbuhan ekonomi pada 2025 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7-5,5% dan pada 2026 dalam kisaran 4,8-5,6%.
2. Inflasi terkendali: 2,5±1%.
3. Kredit tumbuh: 11–13%.
4. Rupiah tetap dijaga stabil.
5. Digitalisasi sistem pembayaran akan terus berlanjut.
Setidaknya, ada 3 pesan penting Gubernur Bank Indonesia untuk prospek ekonomi di 2025:
1️⃣ Optimisme: Capaian positif ekonomi 2024 akan terus berlanjut.
2️⃣ Komitmen: Bauran kebijakan diperkuat demi stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan.
3️⃣ Bank Indonesia mendukung penuh program Asta Cita Pemerintah, jelas Perry Warjiyo, Gubernur BI di Jakarta, 22/01/25.
Jelasnya, kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2025 akan terus diarahkan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dalam sinergi erat dengan kebijakan ekonomi nasional.
Mencermati dinamika perekonomian global dan nasional dalam dua tahun ke depan, kebijakan moneter Bank Indonesia pada tahun 2025 akan diarahkan pada keseimbangan untuk menjaga stabilitas, dengan tetap mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi (pro-stability and growth).
Sasarannya adalah pencapaian sasaran inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah, khususnya dari dampak negatif rambatan global (Gambar 5.1.).
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran tetap diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (progrowth).
Kebijakan makroprudensial longgar akan tetap dilanjutkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan pada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, pengembangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), serta inklusi ekonomi dan keuangan hijau.
Digitalisasi sistem pembayaran terus diakselerasi sesuai BSPI 2030 untuk memperkuat industri jasa pembayaran dan mendorong EkonomiKeuangan Digital (EKD) nasional, di samping memperluas kerja sama sistem pembayaran antarnegara dan melanjutkan pengembangan Rupiah Digital.
Bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran dimaksud didukung oleh akselerasi pendalaman Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (PUVA) sesuai dengan BPPU 2030 untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter, pembangunan pasar sekunder yang modern dan standar internasional, dan pengembangan instrumen pembiayaan perekonomian.
Program-program pengembangan ekonomi-keuangan inklusif pada UMKM dan ekonomi-keuangan syariah juga terus diperluas, termasuk dengan digitalisasi serta perluasan akses pasar domestik dan ekspor.
Bank Indonesia juga akan terus mempererat sinergi dan koordinasi baik dengan kebijakan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), maupun dengan industri keuangan, dunia usaha, dan asosiasi, untuk memperkuat stabilitas dan transformasi ekonomi nasional menuju Indonesia Emas 2045.
Bauran kebijakan tersebut sekaligus sebagai pelaksanaan dari amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), yang memperkuat tujuan dan tugas Bank Indonesia.
Sesuai UU P2SK, tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai stabilitas nilai Rupiah, memelihara stabilitas sistem pembayaran, dan turut menjaga stabilitas sistem keuangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
(E_01/tpm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar