Medan | Elindonews.my.id
Aset perusahaan pembiayaan pada Juli 2023 mengalami tren pertumbuhan sebesar 16,14 persen. Nilai ini setara Rp.524,93 triliun atau mengalami peningkatkan Rp72,96 dari periode tahun sebelumnya, sebesar Rp.451,96 triliun.
Hal ini diungkapkan Direktur Pengawasan Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Modal Ventura OJK, Yustianus Dapot pada kegiatan Media Summit yang diselenggarakan OJK di Taman Simalem Resort, Merek, Kabupaten Karo. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, Minggu - Selasa -17-19/9/2023- dan diikuti 38 wartawan ekonomi Kota Medan.
Acara dibuka Kepala OJK Regional 5 Sumbagut Bambang Mukti Riyadi dan dihadiri Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan -LJK'2 dan Perizinan Anton Purba. Yustianus Dapot dalam paparannya bertema "'Overview produk buy now pay later di perusahaan pembiayaan" menyebutkan, sejalan dengan tren pertumbuhan aset, piutang pembiayaan juga mengalami bertumbuh.
“Kemudian, pertumbuhan piutang pembiayaan dan rasio NPF juga meningkat dibandingkan bulan sebelumnya," sebutnya. Non Performing Financing -NPF- merupakan rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan bank syariah.
Pembiayaan bermasalah terdiri dari pembiayaan yang kurang lancar, diragukan, dan macet. Hingga Juli 2023 ujarnya, piutang pembiayaan mencapai Rp.447,03 triliun. Nilai ini mengalami peningkatan secara yoy sebesar Rp.62,40 triliun -16,22%- dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp384,63 triliun.
Secara month to month -mtm- dan year to date -ytd-, piutang juga meningkat masing-masing sebesar Rp2,52 triliun -mtm: 0,57%-dan Rp31,17 triliun -ytd: 7,50%-.
Kemudian lanjutnya, untuk sumber pendanaan yang diterima perusahaan pembiayaan juga mengalami peningkatan secara year on year -yoy- sebesar Rp61,02 triliun -22,04%-dari Rp276,90 triliun pada Juli 2022 menjadi Rp337,92 triliun.
Sedangkan piutang pembiayaan konvensional periode Juli 2023, tercatat sebesar Rp425,00 triliun 'meningkat Rp57,34 triliun atau 15,59% dibandingkan Juli 2022-. Secara nominal, peningkatan piutang pembiayaan secara ytd dan yoy terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran yaitu Rp6,40 triliun -ytd-dan Rp15,156 triliun -yoy-.
Sementara, secara mtm peningkatan piutang terjadi pada aktivitas profesional, ilmiah, dan teknis sebesar Rp0,60 triliun.
"Jika dilihat dari jenis barang yang dibiayai, peningkatan piutang pembiayaan secara ytd dan yoy terjadi pada kendaraan bermotor roda empat baru," sebutnya.
Sementara secara mtm peningkatan terjadi pada jenis barang kendaraan bermotor roda empat bekas.
Kenaikan masing-masing sebesar Rp51,55 triliun -mtm-, Rp11,84 triliun -ytd-dan Rp20,43 triliun -yoy-.Ia menuturkan, NPF Gross perusahaan pembiayaan per Juli 2023 juga turun secara yoy menjadi 2,69 persen dari 2,72 persen pada Juli 2022. Menurutnya, penurunan NPF secara yoy .-FR-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar