JAKARTA | Elindonews.my.id
Total Keuangan Syariah yang terdiri dari Perbankan Syariah, Pasar Modal Syariah dan Industri Keuangan Non Bank-IKNB-Syariah mencapai Rp 2.784 T dengan share dibandingkan industri Konvensional ditumbuh syariah sebesar 10,69 persen jadi telah diatas 10 persen.
Untuk perbankan syariah di Indonesia sampai dengan akhir 2022 telah berhasil mengumpulkan asset 802,2 dengan pembiyaan sebesar 508,82 T dan Dana Pihak Ketiga-DPK-berhasil dikumpulkan sebesar Rp 619,51 T.
Demikian dikatakan Deputy Komisioner Pengawas Bank Pemerintah dan Syariah-Bambang Wijanarko-pada acara live streming selasa, tanggal 11 April 2022 berjudul Perkembangan Kinerja Keuangan Syariah yang selanjutnya mengatakan, seluruh menunjukkan pertumbuhan angka dua digit,
1.Untuk Asset pada tahun 2022 berhasil tumbuh, untuk pembiayaan ini lebih besar yaitu sebesar 20,44 persen dan DPK sebesar 12,93 persen. Pertumbuhan Perbankan Syariah ini pasif bahkan dimasa pendemi. Kalau industri perbankan Nasional sempat mengalami pertumbuhañ negatif dimasa pandemi, tetapi industri perbankan syariah malah positif.
Dikatakan, industri perbankan syariah didukung oleh 13 bank umum syariah kemudian 20 Unit Usaha Syariah dan 167 Bank Perkreditan Rakyat Syariah-BPRS-.Hingga Desember 2022 sudah tercatat 58,29 juta rekening Dana Pïhak Ketiga--DPK- yang ada di industri keuangan syariah atau tumbuh 22,10 persen dan untulk rekening pembiyaam tercatat 7,77 juta rekening atau tumbuh 14 10 persen.
Dari sisi kinerja industri perbankan syariah secara umum;
1. Dari sisi pertumbuhan memang ada sedikit pertambahan pertumbihan namun masih positif dimana di tahun 2022 lalu kemaren up mencapai 20,44 persen bahkan pertumbuhannya memiliki pertumbuhan pembiyaan sebelum masa pamdemi, ini menjalankan bahwa ekspansi industri perbankan tinggi dalan hal penyaluran pembiyaan masa pandemi ini menjaĺankan bahwa ekspansi industri perbankan syariah dalam hal penyaluran pembiyaan cukup tinggi.
2.Kemungkinan dilihat dari sisi permodalan yaitu ratio capritil yaitu ratio cavital adicadi racito cukup terjaga yakni sebesar 28,09.
3. Kemudian dari sisi non performing finen-NPF- juga semakin menurun.
Kemudian dari sisi intermediasi ditahun 2022 meningkat sampai akhir 2022 senesar 81,10 persen.
4. Kemudian dari matgin dan return an efetat semakin meningkat dan juga efesiensi.
Ditengah ketidakpastian pasar global yang masih dihadapi yang masih dihadapi menurut Deputy Komisionier Pengawas Bank Pemerintah dan Syariah untuk efetifitas di industri perbankan syariah tetap terjaga dengan baik.
Indikator yang dijalankan adalah terakhir Desember 2022 sebesar 133, 23 persen turun sedikit dibanding 2021 yang mencapai 149,28 persen. Begitu juga Al per DPK juga turun menjadi 27,56 persen sedikit turun dibanding 2021 sebesar 30,57 persen. Untuk Al perapril sebesar 50 persen dan AL DPK sebesar 10 persen .
Kalau dilihat dari potensi perkembangan perbankan di Indonesia setidaknya ada dua hal yaitu kesatu tingkat resistensi masyarakag Indonedia 94 persen menyatakan keterkaitam kepércsyaan kepada Tuhan dengan moralitas.
Kemudian juga dilihat dari sisi kedemawanan sedunia, demikiam juga dengan modal sosial yang cukup tinggi. Komposisi masyarakat Indonesia semalin didominasi dari generasi millinial sehingga tehnologi cukup berkembang menjadikan bank syariah menginformasi. tehnologi sehingga mampu meraih pasar millenial.
Langkah OJK katanya untuk memdorong keuangan syariah adalah arah kebijakan prioritas OJK tahun 2023 adalah menjadikan Ìndonesia sebagai pasar industri dan investasi keuangan global. Kemudian bagaimana akselerasi perkembangan perbankan syariah OJk menerbikan roatmaf pengembanga syariah tahun 2020-2025.-FR-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar