JAKARTA | elindonews.my.id
Menpora Zainudin Amali dinilai sudah melakukan diskriminasi terhadap atlet cabang olahraga tenis meja. Diskriminasi yang dilakukan Menpora itu merupakan titik awal dari hancurnya semangat heroik pemuda patriot olahraga pembela bangsa di kancah olahraga dunia.
"Diskriminasi Menpora dilakukan secara terbuka terhadap atlet tenis meja, yang tidak dilibatkan tampil dalam ajang Sea Games 2019 dan 2022," ungkap Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Indonesia (PP PTMSI), Komjen Pol Drs Oegroseno SH, Sabtu (16/4/1022).
Wakapolri periode 2013 - 2014 ini menyampaikan, Menpora tidak mempunyai alasan yang jelas saat tidak melibatkan atlet tenis meja Indonesia dalam ajang kejuaraan bergengsi yang melibatkan dunia. Padahal, induk organisasi cabang olahraga tenis meja taat membayar pajak kepada pemerintah setiap tahunnya.
"Tetapi perhatian pemerintah kepada PP PTMSI, Induk organisasi olahraga tenis meja yang membina pemuda - pemudi sebagai patriot Olahraga Indonesia, sama sekali tidak pernah dianggap ada selama kepemimpinan Menpora Zainudin Amali sejak tahun 2019 silam. Padahal, atlet tenis meja Indonesia memiliki banyak prestasi di kancah internasional," ungkap Oegroseno.
Mantan Kadiv Propam Polri dan Kapolda Sumut ini menyampaikan, kalangan atlet tenis meja Indonesia, yang berjuang mengharumkan nama baik Bangsa Indonesia, pernah meraih prestasi di Sea Games 2015 Singapura dengan perolehan 1 medali perunggu.
Dalam ajang Sea Games Kuala Lumpur 2017, atlet tenis meja Indonesia berhasil meningkatkan prestasinya dengan perolehan 4 medali perunggu. Pada saat Sea Games Filipina 2019, PP PTMSI menargetkan 1 medali emas, 1 medali perak dan 4 medali perunggu, tetapi mendadak dibatalkan sepihak oleh Menpora RI.
Dalam ajang Sea Games Vietnam 2022, PP PTMSI yang sudah memperjuangkan atlet tenis meja dengan melakukan pelatihan keras di luar negeri maupun dalam negeri, menargetkan perolehan secara ideal, yaitu 1 medali emas, 1 medali perak dan 4 medali perunggu.
"Sebagai pelaksana event tenis meja Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, PP PTMSI juga mengikutsertakan 4 atlet putra dan 4 atlet putri, namun gagal meraih medali perunggu karena dikalahkan oleh atlet India di babak perempat final," jelas mantan Kalemdik Polri tersebut.
Pada tahun 2019, sambung Oegroseno, PP PTMSI menyiapkan regenerasi atlet dari senior ke atlet junior U-19, yang sudah bertanding di SSP 24TH Asian Table Tennis Championship (ATTC) di Yogyakarta, ITTF Sea Master Challenge 2019 di Batam, Vinh Long Open Tourney 2019 di Vietnam, Silk Road CUP Asian Table Tennis Tournament 2019 di China.
Kemudian WTT Contender 2021 di Doha Qatar, Kualifikasi untuk Olimpiade Tokyo 2021 di Doha Qatar, Asian Table Tennis Championship (ATTC) di Doha Qatar dalam rangka Kualifikasi untuk Kejuaraan Dunia Tenis Meja di Chengdu China 2022, Tim Tenis Meja Indonesia LOLOS untuk mengikuti Kejuaraan Dunia (WTTC) di Chengdu China pada bulan September 2022.
"Setelah melakukan 2 kali presentasi dan verifikasi tim tenis meja Indonesia Sea Games 2022 Vietnam, dihadapan Tim Komite Sport and Development NOC Indonesia, dinyatakan lolos. Namun secara mendadak tanpa ada alasan yang jelas, Menpora memperlihatkan arogansi kekuasaan dengan membatalkan tim nasional tenis meja Indonesia dan beberapa cabang olahraga lainnya, beetanding di ajang Sea Games Vietnam 2022," tuding Oegroseno.
Mantan Kabaharkam Polri ini mengungkapkan, pada tanggal 6 April 2022, PP PTMSI sudah bersurat kepada Menpora RI agar Tim Nasional Tenis Meja Indonesia, juga dapat diberangkatkan ke Sea Games Vietnam 2022 dengan biaya mandiri. Namun, sampai saat ini, Menpora tidak ada memberi kabar lanjutan dari permphonan PP PTMSI tersebut.
"Saya sangat bangga kepada Bapak Harry Tanoe sebagai Ketua Umum Cabang Olahraga Futsal Indonesia, yang bicara tegas dan keras tentang pembatalan keberangkatan atlet cabang olahraga futsal ke Sea Games Vietnam 2022. Akhirnya dengan hitungan detik Menpora merubah keputusan dengan menyetujui Tim Nasional Futsal Indonesia berangkat ke Sea Games Vietnam 2022 dengan biaya mandiri.
PP PTMSI mengaku sangat kecewa dengan diakriminasi keputusan yang dibuat oleh Menpora terhadap cabang olahraga tenis meja dan cabang olahraga lainnya, yang juga tidak diberangkatkan ke Sea Games Vietnam 2022.
Akibat diskriminasi keputusan Menpora telah mengakibatkan suasana lahir bathin yang tidak kondusif antar cabang olahraga lainnya. Soalnya, Menpora hanya melihat sosok siapa yang memimpin induk organisasi cabang olahraga.
"Politik diskriminasi ini dapat dilihat dan dirasakan oleh beberapa cabang olahraga dengan konsep desain Besar Olahraga Nasional (DBON), seperti yang pernah disampaikan Menpora Zainudin Amali di depan Komisi X DPR RI. Semoga Bapak Presiden Jokowi dapat memerintahkan Menpora agar memberangkatkan seluruh cabang olahraga di Indonesia ke Sea Games Vietnam 2022 dengan biaya mandiri," pinta Oegroseno.
Menurutnya, tim nasional seluruh cabang olahraga dapat diberangkatkan meski menggunakan biaya mandiri karena demi mengharumkan nama bangsa dan negara RI di mata negara - negara yang tergabung di ASEAN. Serta mampu mengibarkan bendera merah - putih dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya di ajang Sea Games Vietnam 2022.
"Entry by name kontingen tenis meja Indonesia sudah diterima oleh panitia Sea Games Vietnam 2022 (VIESGOG) melalui South East Asian Table Tennis Union (SEATTA). Dan, Atlet Tenis Meja Indonesia menyatakan siap berjuang demi membuktikan kejayaan bangsa dan negara Indonesia," pungkas Oegroseno. (Roi/r)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar